Monday, January 19, 2009

JERUSALEM, Satu Kota Tiga Iman (2)

BAB 1

ZION

Pada bab ini diawali oleh KA dengan menulis sebuah pernyataan yaitu kita tidak tahu apa-apa mengenai orang yang pertama kali tinggal di bukit-bukit dan lembah-lembah yang kelak menjadi Kota Jerusalem (Pada abad perunggu awal). Ironisnya, kota yang akan dianggap sebagai pusat dunia oleh jutaan orang Yahudi, Kristen dan Muslim itu tidak begitu terkenal dan letaknya terpencil di Kanaan kuno, yaitu di di dataran tinggi, yang sulit untuk ditempati dan berada diluar pusat negara. Pada abad perunggu awal ini, perkembangan kota justru terjadi disekitar pesisir pantai, lembah Yizreel yang subur dan Negev, dimana orang-orang mesir membangun depo-depo perdagangan. Kanaan adalah sebuah negeri yang kaya potensi; penduduknya banyak mengekspor anggur, minyak, madu, aspal dan biji-bijian. Kanaan juga memiliki nilai strategis, karena menghubungkan Asia dan Afrika dan menjadi jembatan antara Mesir, Syria, Phunisia, dan Mesopotamia.

Dijelaskan oleh KA bahwa peradaban kota-kota di dunia kuno sangatlah rentan dan mengundang perpecahan (sekitar 230 SM). Kanaan sudah mengalami jatuh bangun beberapa kali, setelah hancurnya kerajaan lama (sekitar 2613-2160 SM) pada millenium kedua, Kanaan dihuni kembali dan pada masa ini tidak diketahui dengan jelas mengenai kehidupan di Kanaan, tidak ada pemerintahaan pusat di negeri tersebut, tiap kota merupakan wilayah otonom yang memiliki pemimpin sendiri dan mendominasi daerah pinggiran. komunikasi sulit dan jalur perjalanan yang sering dipergunakan dari Mesir ke Damaskus selalu melewati pinggiran pantai dari Gaza sampai Yaffa, kemudian memotong daerah pedalaman untuk menghindari dari rawa-rawa disekitar Gunung Karmel menuju Megiddo, Lembah Yizreel, dan Laut Galilea, oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila didaerah-daerah ini sangat padat penduduknya (merupakan daerah yang hidup dan memiliki nilai strategis dan ekonomis).

Menurut KA, Jerusalem baru bisa dikatakan telah memasuki sejarah yaitu sekitar abad ke 19 SM, dimana penduduk mulai memasuki kota-kota benteng seperti Sikhem (merupakan kota benteng yang paling kuat), Hebron dan Jerusalem dan bermukim disana.Selain dijelaskan adanya perkembangan kota yang secara politik dipengaruhi oleh Mesir, juga terdapat perkembangan budaya dan agama yang utamanya dipengaruhi oleh Syria. Ini ditunjukkan dengan adanya nama kota di Kanaan yang diambil dari nama dewa Syria, yaitu Shalem yang berarti matahari terbenam atau bintang malam, terdapatnya peninggalan kuil-kuil yang berarsitektur kuil Syria, kuil-kuil ini terutama terdapat di daerah Hazor, Megiddo, dan Sikhem.

Pada masa ini semua kota dianggap suci dan masyarakat mengasosiakan dewa-dewa dengan matahari, angin, atau hujan yang membawa kehidupan, hal ini karena masyarakat di dunia kuno merasakan unsur ilahi dalam dunia alam. Daerah pegunungan yang berbukit dianggap sebagai daerah yang paling sesuai untuk merepresentasikan kedekatan dengan dewa-dewa. Banyak penduduk yang sengaja mendaki pegunungan untuk merasakan sensasi kedekatan dengan dewa-dewa. Salah satu gunung yang paling penting bagi Jerusalem adalah Gunung Zaphon (sekarang bernama Jebel Al-Aqra), Gunung Hermon, Karmel dan Tabol merupakan gunung-gunung yang terpenting bagi Kanaan. Berdasarkan Mazmur Ibrani (Hebrew in Old Testament), Gunung Zion yang terletak di sebelah utara Bukit Ophel di Jerusalem juga merupakan situs penting, karena disitulah dibangun kuil besar Yahudi yang menutupi Gunung Zion tersebut dan dibangun oleh Raja Herodes diabad pertama SM.

Selama abad ke 18 SM, tidak diketahui dengan jelas kehidupan keagamaan di Jerusalem, tidak diketemukannya keramik dari abad ke 17 - 15 SM yang bisa menjadi bukti arkeologis Jerusalem. Baru pada abad ke 14 SM, diketahui secara pasti bahwa Jerusalem dihuni kembali. Adanya pengaruh kaum Hurria (Kaum Hurria = Kaum Hevites atau Horites dalam Bibel) yang sangat kuat di Jerusalem dan pengetahuan kita tentang Jerusalem di titik ini berdasarkan lempengan aksara paku (Bahasa Akkadia yang merupakan aksara paku kaum Hurria) yang ditemukan di Tel El-Armarna Mesir pada 1887 SM, yang merupakan arsip Kerajaan Firaun Amenhotep III (1386 - 1349 SM) dan puteranya Akhenaten (1350 - 1334 SM) yang berisi surat-surat mengenai pergolakan di negara-negara kota, rencana ekspansi perluasan wilayah mulai dari laut Galilea di utara sampai ke barat Gaza.

Menurut KA, tidak ada bukti langsung (bukti arkeologis) yang dapat menunjukan kehidupan keagamaan di Jerusalem selama Abad Perunggu, yang dapat memberi informasi detail mengenai pemujaan di Gunung Zion. Namun, KA menemukan beberapa hal yang terasa 'ganjil' yang terdapat dalam Mazmur Ibrani (Hebrew in Old Testament) yang dipergunakan dalam pemujaan orang-orang Israel di Gunung Zion. Frase-frase dari himne-himne Ugarit (Bangsa Ugarit bertempat tinggal sekitar 20 mil dari Gunung Zaphon, menyebutkan Zaphon sebagai tempat suci, gunung warisan, tempat pilihan, bukit kemenangan; Zaphon adalah pusat dunia bangsa Ugarit) muncul dalam Mazmur-Mazmur yang merayakan penobatan Tuhan atas Israel di Gunung Zion. Mereka memuji kemenangan dia atas "leviathan" (monster) dan naga pada hari penciptaan, Gunung Zion juga disebut sebagai kota perdamaian, gunung suci dan warisan abadi Tuhan. Kadang Zion disebut juga Zaphon dalam Bibel Ibrani (Hebrew in Old Testament). Para Sarjana menyimpulkan bahwa mereka membawa pemujaan atas Baal (dewa bangsa Ugarit dan Hurria yang mengalahkan Leviathan sang monster) ke Jerusalem dan ini suatu hari akan memperkenalkan gagasan Ugarit tentang Kota Suci Perdamaian ke dalam pemujaan orang-orang Israel di Gunung Zion.

(Reader's Note: Ada beberapa hal yang terasa Sangat ANEH bagi saya sebagai seorang pembaca...

  • Berarti bangsa Yahudi "mencontek" kalimat puja-pujaan bangsa Ugarit, bukannya seharusnya kalimat puji-pujian itu berasal dari Tuhan bukan kalimat karangan manusia?
  • Mengapa dalam Bible Ibrani terkadang Zion disebut juga Zaphon? sedangkan kita mengetahui bahwa Gunung Zion dan Gunung Zaphon adalah dua gunung yang berbeda, silahkan dilihat pada paragraf 4
  • Apakah kesimpulan para sarjana diatas berarti untuk memberikan "pembenaran" akan pemujaan bangsa Israel di Gunung Zion?
  • Atau apakah sebenarnya pemujaan yang dilakukan bangsa Israel di Gunung Zion dikarenakan disanalah (dulu) berdirinya Kuil Yahudi yang dibangun oleh Raja Herodes? kenapa bukan di Gunung Zaphon...
  • Sangat ANEH....

Jerusalem digambarkan dapat memberikan kedamaian bagi penduduknya (orang-orang dari Timur Dekat kuno), dibuktikan dengan selamatnya Jerusalem dari kerusuhan pada abad 13 SM. Bibel menunjukkan bahwa benteng Yebus di Zion dianggap tidak terkalahkan. Setelah melewati berbagai gejolak, mulai dari hilangnya kontrol Mesir atas Kanaan, migrasi besar-besaran, wabah penyakit, hingga munculnya ancaman-ancaman dari kekuasaan baru, akhirnya Zion Yebus terkepung oleh suatu kekuasaan baru yang agresif, yaitu Kerajaan Israel yang akan mengubah nasibnya untuk selamanya. (Bersambung.....)

(Reader's Note: pernyataan diatas menyebutkan bahwa Zion Yebus terkepung oleh kekuasaan baru yang agresif yaitu Kerajaan Israel, apakah berarti bahwa bangsa Israel itu sudah dari dahulunya diciptakan sebagai bangsa yang "agresif"???, kita bisa lihat dari kejadian yang saat ini sedang terjadi yaitu penyerangan Israel terhadap Hamas di Gaza. ini hanyalah pertanyaan dan opini saya saja.)

No comments:

Post a Comment